top of page

News From Ning

 

 

May 11, 2018 Posted in General

The ASEAN Writer’ Symposium and Literature Books seminar is being held on May 10-12, 2018 in Dongdok Campus of the National University of Laos, Vientiane Capital.

 

The seminars are among the project activities within the purview of the ASEAN Committee on Culture and Information and funded by ASEAN Cultural Fund.

 

The events provides us ASEAN writers a great opportunity to closely join hands and put our efforts together to realize ASEAN Community Vision 2025, particularly the ASEAN Social-Cultural Community Blueprint 2025, Mr Thongbay Phothisane, Director General of the Heritage Department, Ministry of Information, Culture and Tourism told the opening ceremony on May 10.

 

To ensure the key objectives of the project are productively achieved, 2 sessions of technical discussion among ASEAN writers and literature exhibition will be conducted over the next three days under the theme of ASEAN Literature on Creative Life and Culture in Globalization Era where all ASEAN participants can exchange common views and share advanced lessons and experiences on how to attract more public readers and widely promote ASEAN literature stories in our region thus contributing to raising better awareness of ASEAN, said Mr Thongbay, also the Chairman of the National ASEAN Sub-committee on Culture and President of the Lao National Writers’ Association.

 

The seminar is not only help promote deeper understanding of cultural diversity, uniqueness, strong solidarity, unity and harmony of ASEAN but also create ASEAN awareness by exhibiting different series of ASEAN literature books to the public especially young generations, added Mr Thongbay.

 

Source: Lao News Agency (https://laotribune.com/asean-writer-symposium-and-literature-book-meeting-held-in-vientiane-2/)

Another Source: https://cambodianembassy-laos.com/archives/837

Biskom, November 2014

EKSISTENSI  perpustakaan konvensional dengan segala keasyikkan yang ditawarkan untuk para pehobi baca hampir saja tergerus akibat dari pesatnya pertumbuhan teknologi informasi (TI). Beruntung, meski perpustakaan digital atau e-Library terus berkembang, masih ada pihak yang menaruh perhatian terhadap perpustakaan konvensional agar tetap  survive.

 

“Sekarang ini sudah banyak perpustakaan yang memberikan layanan perpustakaan digital, namun masih tetap mempertahankan perpustakaan manualnya. Ini kita sebut sebagai perpustakaan hibrid (hybrid library),”  ungkap Nuning Kurniasih , S.Sos, M.Hum, Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung kepada BISKOM (14/11). Menurut Nuning, era digital ditandai dengan derasnya arus informasi digital. Nuning yang juga menjabat Kepala Laboratorium Computer-Mediated Communication Laboratory (CMC) Fikom Un-pad ini mengakui, perpustakaan berhadapan dengan tingkat kom petisi yang tinggi. Kendati begitu, tingkat kompetisi dalam konteks perpustakaan tentunya tidak mengandung pengertian untuk saling mengalahkan, tetapi menjadi peluang bagi terjalinnya kerjasama atau kemitraan. “Sebab setiap ada simpul baru sumber informasi, akan menjadi kekuatan dalam melengkapi sumber sumber informasi yang ada,” terang Nuning. Nuning memang aktif dalam kegiatan perpustakaan. Bahkan kini ia dipercaya sebagai National Coordinator for Indonesia di International Librarians Network (ILN), sebuah organisasi tempatberkumpulnya para relawan dari berbagai negara yang inginmembantu para pustakawan dan orang-orang yang tertarik di dunia perpustakaan untuk terhubung dengan rekan-rekannya di berbagai negara. “Dengan kapasitas saya sebagai dosen, saya ingin turut ber-peran dalam pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan serta menciptakan tenaga ahli di bidang informasi baik itu pus-takawan, arsiparis maupun dokumentalis yang handal. Saya ingin profesi-profesi tersebut menjadi profesi yang diperhitungkan, tidakkalah dari profesi-profesi lainnya,” ungkap Nuning. Berikut kutipan percakapan BISKOM dengan Nuning Kurniasih, peraih predikat Top Conference Paper pada ajang penghargaanMyung-Seok Park Award yang digelar The Pacific and Asian Com-munication Association (PACA) yang berbasis di Korea.

 

Di era digital ini, mungkin makin berkurang minat untuk mengunjungi perpustakaan konvensional, mereka lebih memilih digital libraryatau e-library, bagaimana menurut Anda?

 

Memang disadari atau tidak, kehadiran internet telah memunculkan optimisme yang sangat tinggi terhadap kemudahan akan  ketersediaan informasi dan kecepatan akses terhadap informasi tersebut. Di sisi lain, euforia terhadap kekuatan internet telah memunculkan pesimisme yang juga tinggi terhadapkeberadaan perpustakaan. Hal ini kemudian memunculkan keraguan dari beberapa pihak terkait masih perlukah perpustakaan, apabila kita bisa mendapatkansemua informasi yang kita butuhkan melalui internet, tanpa harus beranjak dari tempat duduk ataupun pergi ke perpustakaan? Sebuah pertanyaan yang cukup wajar dan perlu disikapi dengan bijak oleh kalangan praktisi maupun akademisi bidang informasi dan perpustakaan. Apakah kemudian masyarakat lebih memilih untuk berkunjung ke perpustakaan konvensional ataukah perpustakaan digital, sayarasa itu hanya masalah selera, kebiasaan dan mungkin keterjangkauan (aksesibilitas). Yang terpenting adalah perpustakaan terus berusaha untuk menghimpun, mengolah, memberikan layanan hingga melestarikan pengetahuan.  

 

Apakah perlu adanya kampanye agar masyrakat rajin kunjungi perpustakaan Ataukah perpustakaan yang harus rajin melakukan inovasi e-Library?

Sekarang ini sudah banyak perpustakaan yang memberikan layanan perpustakaan digital, namun masih tetap mempertahankan perpustakaan manualnya. Ini kita sebut sebagai perpustakaan hibrid (hybrid library). Era digital ditandai dengan derasnya arus informasi digital. Perpustakaan berhadapan dengan tingkat kompetisi yang tinggi.  Semua orang bisa menjadi sumber informasi dan memuatnya di web , setiap orang dapat membuat perpustakaan virtual pribadi yang dapat diakses oleh siapapun di seluruh belahan dunia, ditambah dengan banyaknya search engine yang dapat dengan mudah dipergunakan sebagai alat penelusuran informasi. Namun demikian, salah satu indikator keberhasilan perpustakaan adalah tingkat penggunaan layanan perpustakaan. Untuk itu diperlukan strategi bagi perpustakaan untuk terus meningkatkan jumlah pengguna perpustakaan, sehingga investasi yang ditanamkan untuk bergabung dalam dunia digital menjadi lebih bermakna bagi banyak orang.

 

Apa saja kriteria perpustakaan yang bagus dari sisi pelayanan dan TI saat ini?

 

Berkaitan dengan transformasi dari era analog ke era digital ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain, bagaimanapun hebatnya teknologi, manusia tetap memiliki peran yang sangat sentral. Peranpustakaan atau ahli informasi di sini sangat penting karena merekalah aktor dalam setiap penggunaan atau pengendalian TI. Sementara itu secanggih apapun TI, ia adalah objek dari setiap aksi yang dilakukan oleh pustakawan.

 

Kedua, dunia digital menawarkan sensasi dunia dalam gengaman. Hal ini mendorong pustakawan dapat bekerja dengan mobilitas tinggi. Pustakawan dapat bekerja dimana dan kapan pun. Dengan kata lain, dunia digitaldapat menambah produktivitas kerja parapustakawan.

 

Ketiga, menerapkan strategi yang dapat meningkatkan jumlah pengguna perpustakaan. Antara lain dengan menambah nilai guna perpustakaan dan pemberian layanan prima yang dapat dipersepsi sebagai keung-gulan perpustakaan di mata masyarakat.

 

Keempat, layanan harus didesain semenarik dan seinteraktif mungkin serta menghilangkan kesan membosankan atau menakutkan. Menyederhanakan proses yang kompleks atau rumit, mempermudah yang sulit, mempercepat layanan yang tadinya lama, serta mencairkan kekakuan suasana interaksi antara  perpustakaan dengan publiknya. Kemudian, ruang digital juga harus didi-sain dengan memperhatikan unsur manusiawi. Sebab era digital merupakan sebuah proses, untuk menjamin kelancaran pencapaian tujuan akhir secara bertahap, segala sesuatunya perlu dipersiapkan secara matangagar tercipta kesinambungan.

 

Bagaimana pula kualifikasi dan peranan pustakawan di era digital ini?

 

Menurut saya pustakawan di era digital haruslah melek digital (digital literate),mampu menjadi jembatan dalam mengatasi kesenjangan digital dan mampu menjadikan ruang digital sebagai ruang pembelajaran virtual yang efektif. Selain itu,dia juga harus mampu memahami etika dunia maya dan UU ITE termasuk hukum pendistribusian informasi karena akan selalu berhubungan dengan hak cipta atauhak akan kekayaan intelektual dari sebuah informasi yang ditawarkan. Yang terakhir, ke mampuan menulis karena pustakawan digital dituntut untuk selalu update  informasi setiap saat, termasuk reportase real-time.

 

Software apa saja yang banyak digunakan per-pustakaan saat ini, apakah free open source software?

 

Tentu saat ini ada banyak software yang dipergunakan di perpustakaan, baik yang berbayar maupun yang gratis berupa software open source.   Untuk yang open source, antara lain ada Koha, Librarika, Evergreen, D rupal, dan lain-lain. Ada satu software perpustakaan open source asli buatan anak negeri, yaitu Senayan Library ManagementSystem (SLiMS). Dari web http://slims.web.id, dapat dilihat bahwa saat ini ada 337 perpustakaan di Indonesia dan 12 perpustakaan dari luar Indonesia yang sudah menggunakan SLiMS. Negara-negara lain yang telah menggunakan SLiMS tersebut antara lain Mesir, Thailand, Malaysia dan Bangladesh. Para pengguna SLiMS tersebut dapat saling terhubung di dalam search engine federasi yang bernama Nayanes. Nayanes bertujuan untuk membangun sebuah sistem katalog induk bersama untuk berbagai perpustakaan yang menggunakan SLiMS, sehingga dapat mempercepat penelusuran informasi tanpa harus membuka situs perpustakaan pengguna SLiMS satu persatu. Nayanes dapat diakses di http://nayanes.slims.web.id.

 

Bagaimana e-Library kita saat ini? misal e-Li-brary di berbagai perguruan tinggi? bagaimanapula menjalin kerjasama antar e-library? 

 

Saat ini, semua perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan perpustakaan hybrid, dengan mengembangkan perpustakaan digital dan masih mempertahankan perpustakaan tradisional. Adapun kerja sama antar perpustakaan perguruan tinggi dapat dilakukan melalui beberapa jaringan, antara lain IndonesiaDigital Library Network (ILDN) yang diprakar-sai oleh Knowledge Management ResearchGroup (KMRG) ITB, Spektra Virtual Library(SVL) yang merupakan jaringan perpustakaan pengguna software New SPEKTRA, terbentukdari jaringan kerjasama Indonesia ChristianUniversity Virtual Library (InCUVL) serta GarbaRujukan Digital Indonesia (Garuda), portalyang diluncurkan oleh Dikti untuk mengintegrasikan data karya ilmiah dari perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.

 

Seiring perkembangan e-Library, apakah su-dah diiringi dengan konten e-Book yang me-madai?

 

Saya rasa, saat ini sudah banyak perpustakaan digital di Indonesia yang mengalihmediakan sumber sumber informasi yang di-milikinya ke dalam format elektronik maupun digital. Bahkan sudah banyak yang melanggan online database untuk mendukung ketersediaan e-Resources. Terlebih dengan dikembangkannya e-Learning di berbagai lembaga pendidikan. Pembelajaran e-Learning tentunya harus ditunjang oleh ketersediaan e-Resource yang memadai, termasuk di dalamnya e-Book dan e-Journal. Selain itu ada banyak e-Book  dan e-Journal yang dapat diakses secara gratis diinternet.* IWA, Biskom, November 2014

Koran SINDO, Jurnalis · Minggu 17 April 2016 21:39 WIB

Dengan populasi lebih dari 250 juta jiwa, Indonesia merupakan salah satu pasar yang paling menggiurkan bagi bisnis digital di Asia Tenggara. Jumlah penduduknya terbesar di Asia Tenggara dan terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Pengguna internet, gadget, dan media sosialnya pun masuk jajaran Top 5 terbesar di dunia dan terus meningkat.

 

Berdasarkan statistik digital dunia, Indonesia kini memiliki 88.100.000 pengguna internet aktif, naik 15% selama 12 bulan terakhir. Pelanggan kartu SIM di Indonesia 326.300.000, jauh lebih besar dari jumlah penduduk. Ini berarti setiap pengguna ponsel memiliki rata-rata dua kartu SIM. 85% dari total populasi memiliki ponsel, sementara 43% adalah pengguna smartphone.

 

Menurut periset dan dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Nuning Kurniasih, ketergantungan masyarakat terhadap media sosial saat ini adalah ketergantungan yang massif. Kita terus memantau media sosial mulai dari bangun tidur hingga akan tidur lagi. Hal yang dilakukan oleh banyak orang saat ini adalah mengecek media sosial.

 

Telinga kita sangat sensitif mendengar notifikasi di gadget. Sebagian dari kita melakukan interaksi secara aktif di media sosial, sebagian hanya menjadi pengamat, melihat apa yang di-posting oleh orang lain, tanpa berinteraksi langsung tetapi selalu tahu dan ingin tahu apa yang terjadi di media sosial. Ada yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi, sedang dan rendah.

Menurut dia, ada beberapa alasan yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Pertama, perasaan takut kehilangan (fear of missing out) apa yang menurutnya penting. Bisa jadi takut kehilangan teman, event, momen dan aktualisasi diri. Kedua, ada rasa percaya diri yang tinggi ketika berada di media sosial sehingga bisa berekspresi berbeda dengan dunia nyata.

Misalnya ada orang yang didunia nyata pendiam, di media sosial benyak bicara. Media sosial dijadikan sarana untuk mengeskpresikan dirinya. Dampak ketergantungan masyarakat terhadap media sosial bisa dilihat dari dua sisi. Dari sisi positif, masyarakat menjadi memiliki akses yang tinggi terhadap informasi sehingga memiliki rasa kepedulian yang tinggi dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan dunia.

 

Orang yang selalu aktif di media sosial biasanya menjadi orang yang paling tahu lebih dulu tentang apa yang terjadi. Dia bisa membagikan informasi tersebut dengan cepat kepada orang lain. Sebagai contoh, kata Nuning, ketika ada berita gempa, banjir, macet, masyarakat dunia maya (netizen) membagikan berita tersebut secara real time kepada orang lain hingga mengkritisinya melalui media sosialnya.

 

Penyebaran informasi yang cepat, menyebabkan netizen bereaksi secara cepat juga terhadap sebuah fenomena. Tidak jarang reaksi netizen menjadi trending topic atau viral sehingga bisa sampai mempengaruhi kebijakan pemerintah. Dari sisi negatif, ketergantungan masyarakat terhadap media sosial bisa jadi dianggap mengurangi waktu produktif, sehingga pekerjaan menjadi terganggu.

 

Menyebabkan masalah fisik seperti kurang tidur dan mata terus menatap gadget mengakibatkan kesehatan fisik terganggu. ”Orang dengan tingkat ketergantungan yang tinggi bisa dianggap memiliki masalah mental. Terganggunya real life (dunia nyata) sehingga kehidupan nyata menjadi kacau,” terang Nuning.

 

Nature, 05 JANUARY 2018

A preprint server that focuses exclusively on Indonesian research passed a milestone on Friday when the number of papers posted on it reached 1,500. INA-Rxiv is one of the first preprint repositories to specialize in the work of a single country.

...

Nuning Kurniasih, a researcher in library and information science at Padjadjaran University in Bandung, says INA-Rxiv manuscripts also appear on a researcher's SINTA profile much faster than articles submitted to journals indexed on Scopus and Web of Science.

....

Catatan: Maksud saya waktu diwawancara untuk ini adalah bahwa saat ini banyak dosen Indonesia yang masih bingung memulai publikasi di jurnal yang terindeks Scopus dan WOS, sehingga meng-upload tulisan di repositori online atau pre-print seperti INA-Rxiv dapat mempercepat diseminasi hasil penelitian. Artikel yang di-upload di INA-Rxiv juga dapat terindeks Google Scholar, sehingga dapat terlihat dalam profile Sinta lebih cepat. 

Purnama News, 14 November 2018

PURNAMANEWS.COM, KUPANG– Jurusan Teknik Elektro Perguruan Tinggi Politeknik Negeri Kupang (PNK), gelar seminar Nasional tentang Big Data di gedung Auditorium PNK. Selasa (13/11/18) siang.

 

Mengusung tema “Trend Big Data Untuk Optimalisasi Layanan Informasi di Era Revolusi Industri 4.0″ Jurusan Teknik  Elektro PNK menghadirkan pemateri dari  Universitas Padjadjaran Bandung dan Dinas Informasi dan Komunikasi Provinsi Nusa Tenggara Timur.

 

Pemateri dari Universitas Padjajaran Nuning Kurniasih, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa Big Data di zaman Era Digital ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Indonesia. Karena, Dalam setiap aktifitas masyarakat umum hampir semua ada kaitannya dengan Big Data.

 

“Setiap hari kita menciptakan banyak data, data ini bisa berasal dari mana saja, posting ke situs media sosial, gambar digital dan video, catatan transaksi pembelian dan lain-lain itu juga di sebut Big Data.” Ungkapnya.

 

Lanjut Nuning terkhususnya di bidang industri, Big Data itu sangat bermanfaat dalam mengetahui respon timbal balik masyarakat, terhadap produk atau jasa perusahaan.  Membantu perusahaan mengambil keputusan dan menjadi  dasar penyusunan kebijakan dan perbaikan pelayanan perusahaan.

 

“Selain itu juga, Big Data sangat membantu meningkatkan citra perusahaan dan
membantu dalam perencanaan bisnis dengan mengetahui perilaku pelanggan.” Jelasnya.

 

Untuk menganalisa bigdata diperlukan software atau aplikasi khusus yang berbeda dengan manajemen data base konvensional . Saat ini ada banyak software atau aplikasi yang dapat digunakan untuk menganalisa bigdata. Pada dasarnya data yang kita temukan di internet bisa sama, namun dengan tujuan khusus, maka hasil analisa big data tersebut bisa berbeda-beda. Kita dapat memilih  data tertentu untuk dianalisa untuk tujuan tertentu.

Menghadapi era digital, banyak  aktifitas  dilaporkan melalui internet, data-data tersebut akan tersimpan di internet.  Kita perlu mengelola data tersebut agar bermanfaat baik dalam penhgambilan keputusan dan keperluan lainnya. Sehingga, kepada mahasiswa yang merupakan penerus dapat menggunakan revolusi industri 4.0 dengan positif.

 

“Terkait penyimpanan data pada Big Data, bukan saja dari perusahaan atau instansi pemerintahan maupun swasta, namun dengan tidak sadar kita yang pengguna smartphone juga seringkali melakukan penyimpanan atau masukan data ke Big Data,” kata Nuning.

 

Bagi mahasiswa yang ingin menerapkan trend Big Data ini di kampus, untuk di kembangkan di dunia kampus guna menghadapi era digital. Semuanya bersifat konfensional karena aplikasi yang di gunakan akan melakukan analisa lalu menyajikan beberapa sumber terkait dengan Big Data yang dicari.

 

“Big data yang disediakan pada setiap aplikasi, terkait dengan sistem informasi yang tersimpan dalam data base, semuanya bersifat umum. Bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja,” tutup Nuning.

 

Ketua Jurusan Teknik Elektro Jemsrado Sine mengatakan, peranan data sangat penting, terutama memasuki era ledakan data atau Big Data. Oleh karenanya, pihak yang mampu mengolah dan memanfaatkan data-data yang sangat besar, cepat, variatif, dan kompleks, dapat mengambil keuntungan yang besar.

 

Dikatakan, istilah dan penerapan Big Data masih belum begitu populer, khususnya di lembaga pemerintahan maupun di masyarakat.

 

Seminar ini di maksudkan untuk melihat sejauh mana teknologi Big Data sudah dimanfaatkan di beberapa lembaga akademik, termasuk pemerintahan, dan tantangan apa saja yang muncul dalam penerapannya.

 

“Kita mulai dari lingkungan kampus untuk mengenal apa itu Big Data. Secara institusi PNK memiliki data base juga. Namun, belum di kelola dengan baik, sehingga ke depan kami akan mengelolanya dengan baik agar bisa diakses mahasiswa,” kata Jemsrado.

 

Hasil seminar ini dapat memberikan informasi dan inspirasi, sehingga implementasi teknologi Big Data di Indonesia dapat semakin luas, khususnya di lembaga pemerintahan. Untuk itu, kegiatan ini melibatkan kerja sama dengan Dinas Kominfo sebagai lembaga pemerintah daerah, pioner dalam pengembangan Big Data di NTT.

 

Selain itu, Seminar mengenai penerapan Big Data diharapkan sejalan dengan tantangan Revolusi Industri 4.0 yang kini dihadapi, misalnya kegiatan ini dapat mendukung dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa di era Revolusi Industri 4.0.

 

“Kami terus mendorong mahasiswa untuk menggunakan sosial media secara positif untuk menjawab tantangan era revolusi industri. Ke depan, semua aktifitas hanya di kontrol melalui internet dan menghindari konten-konten hoax dan lainnya,” papar Jemsrado. (Red)

 

Keterangan: Paragraf dengan huruf berwarna merah telah direvisi oleh saya, berdasarkan maksud yang saya sampaikan pada saat wawancara.

National ID-IGF Dialogue, 17 November 2016

November 2016 - Dialogue Summary 3 There is still a lack of multi-stakeholder collaboration in the digital startup ecosystem. With the government’s intention to empower digital economy, which is a sector with extremely rapid development at global level, an intensive collaboration between sectors related to e-commerce becomes a necessity. Other than fostering digital startups to become problem solvers at local level, there are also aspirations for Indonesian digital startups to be able to compete at global level. According to participants, the problems in Indonesia’s digital startup ecosystem mostly relates to substantial technical field, as well as normative condition. What needs to be clarified in the first place is the concept of adjustment from the traditional commercial system toward e-commerce, as well as the condition of technical experts as well as those who have IT technical skills. These people need to be prepared to become the actors, and at social level, there must be efforts to convey the message that programmers are not a low-level job. There needs to be a development of multi-stakeholders collaboration forum with regard to the execution of government programs that have been prepared in order to build a healthy digital startup ecosystem in Indonesia. In addition to enhancing the intensity of collaboration, the position of multi- stakeholders must also be broadened up to more regions and must be also directed toward decentralization in order to ensure that at the end of the day, the digital startups in Indonesia become inclusive, instead of being centralized in few regions.

 

The discussion highlighted the crucial role of internet in supporting the repository and depository management which would ease access to knowledge for the general community in a country. However, it needs to go hand-in-hand with the readiness of other factors in the country. In Indonesia, some of the constraints in repository and depository management process include the lack of data collaboration between government agencies, as well as lack of public information openness.

 

The session was concluded by highlighting the need for a multi- party collaboration to develop an open digital collection which is easily accessible to all Indonesian people particularly with regard to education and development. For that purpose, the National Library (Perpusnas) can serve as the spearhead organization in developing a digital library that is connected to the Indonesia OneSearch (onesearch.id). Indonesia OneSearch is one of Perpusnas’s efforts to provide various information and reference in digital format. In addition, the National Library shall also involve other knowledge management agencies such as the national archive, museums, research institutions, individuals, as well as other stakeholders.

 

The Roles of Stakeholders in Fostering Digital Startup Ecosystem ECONOMIC Repository and Depository of Indonesian Knowledge through Public Internet Access SOCIO-CULTURAL Panelists (in alphabetical order): Achmad Affandi (ITS / Sepuluh November Technology Institute), Lis Sutjiati (Kemkominfo / MCIT), Steven Vanada (CyberAgent Ventures), Yansen Kamto (1000 Startup Digital). Moderator: Wicak Hidayat (SIDES), Rapporteur: Ardhi Rahmani (Lab Kinetic). Panelists (in alphabetical order): Ismail Fahmi (One Search Indonesia), Joko Santoso (Perpustakaan Nasional / Indonesian National Library), Nuning Kurniasih (UNPAD / Padjajaran University). Moderator: Harkrisyati Kamil (Komunitas Perpustakaan / Library Community). Rapporteur: Yuli Asmini (Komnas HAM / National Commission for Human Rights). Session #1 Session #1

ISIPII, Submitted by danies on Thu, 11/17/2016 - 02:12

Perpustakaan dapat menjadi motor untuk gerakan akses terbuka (open access) yang merupakan upaya untuk menumbuhkan penemuan-penemuan atau inovasi-inovasi baik di Indonesia dan dunia. "Saat ini keterbukaan akses informasi menjadi sesuatu yang penting karena hal ini akan mendorong munculnya penemuan–penemuan dan inovasi", demikian menurut Ismail Fahmi dari Indonesia OneSearch saat diskusi Pengembangan Repositori dan Depositori Pengetahuan Indonesia  Melalui Akses Internet Publik di Gedung BPPT Jakarta Pusat, Selasa (15/11/2016). Diskusi ini merupakan bagian dari Dialog Nasional Tata Kelola Internet Indonesia 2016.

 

Ismail Fahmi mencontohkan seorang remaja bernama Jack Andraka dari Amerika Serikat yang menciptakan alat pendeteksi kanker pankreas. Jack pada awalnya selalu terbentur masalah pembayaran saat melakukan riset pada repositori berbayar. Lalu ia mulai memanfaatkan Google untuk mencari artikel-artikel penelitian yang memiliki akses terbuka untuk mendukung risetnya.

 

Joko Santoso dari Perpustakaan Nasional menekankan bahwa internet sebagai penghubung ilmu pengetahuan yang berada pada individu dan lembaga harus dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan: pendidikan, penelitian, pelestarian informasi, rekreasi pemustaka, pembangunan, pengembangan dan lainnya.

"Kata kuncinya antara lain keterjangkauan, kolaborasi, keberlanjutan, dan ketersediaan" menurut Joko Santoso. Karena itu komunikasi data antar institusi akan sangat menentukan dalam penyediaan pengetahuan. Kerjasama antar lembaga pemerintah, perpustakaan perguruan tinggi, media massa dan lembaga lain juga perlu diperkuat.

 

Perpustakaan Nasional sudah membangun depositori dan repositori sesuai dengan UU 40 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, dan UU 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Depositori Perpustakaan Nasional berupa penyediaan portal Katalog Induk Nasional yang berisi data koleksi di Perpustakaan seluruh Indonesia. Sedangkan untuk repositori, Perpustakaan Nasional sudah membentuk beberapa portal (Bibliografi Induk Nasional yang berisi data terbitan-terbitan di Indonesia; Film; Pustaka Presiden; Dokumen Sastra Indonesia; Kepustakaan Candi; Keraton Nusantara; Batavia Digital).

 

Sementara itu Nuning Kurniasih dari Universitas Padjajaran membahas tentang kebiasaan membaca di era digital. Responden minat baca pada Survey 2015 adalah 8 dari 10 orang Indonesia setiap hari membaca  melalui internet. Responden yang aktif di Internet prioritasnya membaca berita. "Tantangan terkini adalah bagaimana menyediakan informasi yang tidak monoton dan menarik untuk dibaca," menurut Nuning. Terlebih lagi dengan adanya smart devices.

 

Penyiapan literasi digital pada SDM penting diselenggarakan oleh berbagai pemangku kepentingan bekerja sama dengan perpustakaan. Perpustakaan Nasional dapat bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dan masyarakat agar dapat menyiapkan infrastruktur melalui penyediaan koneksi internet dan komputer personal untuk menghindari kesenjangan digital di Indonesia.

 

Sebelumnya ISIPII dan Perpustakaan Nasional juga sudah mengadakan diskusi pendahuluan tentang Tata Kelola Internet ini pada awal November lalu bertajuk Urun Rembug Pustakawan Dalam Tata Kelola Internet di Indonesia.

 

Catatan: untuk peserta yang membutuhkan sertifikat dari diskusi ini, silakan kirim biodatanya ke sekretariat@isipii.org untuk didata terlebih dahulu.

June 15, 2016

www.fikom.unpad.ac.id.

JATINANGOR – Departemen Informasi dan Komunikasi Fikom Unpad mengadakan kegiatan seminar akademik bertajuk “Seminar Informasi, Komunikasi, dan Perpustakaan di Era Global” yang diadakan pada hari Rabu (15/6/2016) di kampus Fikom Unpad. Kegiatan ini diadakan untuk menggairahkan iklim riset dan akademis di Fikom Unpad, khususnya untuk memfasilitasi riset-riset yang berhubungan dengan fokus keilmuan yang telah dijelaskan.

...

Setelah sesi seremoni pembukaan seminar, kegiatan selanjutnya adalah keynote speech yang disampaikan oleh dosen dari Prodi Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Nuning Kurniasih, S.Sos., M.Hum yang berjudul “Optimalisasi Peran Sosial Media Untuk Perpustakaan” yang membahas mengenai pentingnya penggunaan sosial media dalam aktifitas perpustakaan dan juga profesi pustakawan. Acara pembukaan diakhiri dengan kegiatan foto bersama para partisipan dan panitia seminar. Berikutnya, kegiatan diteruskan dengan sesi presentasi dan diskusi paralel di kelas-kelas kecil, dengan lokasi di ruang kelas Gedung Pascasarjana Fikom Unpad. Tiap ruang dibagi menjadi dua sesi, dengan jumlah penyaji sebanyak 3-4 orang tiap sesinya. (Syauqy Lukman)

 

http://pspi.upi.edu/, Juli 24, 2018 Kajian Perpustakaan dan Informasi, Kegiatan Program Studi

UPI, Bandung. Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia telah menyelenggarakan kegiatan Workshop Kepenulisan Artikel Ilmiah Nasional bertempat di Seminar Room Perpustakaan Pusat UPI pada Senin (23/07) yang dihadiri oleh Nuning Kurniasih, S.Sos., M.Hum. selaku narasumber dengan peserta workshop dosen-dosen dan beberapa mahasiswa di lingkungan Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi.

 

Kegiatan ini dimulai pada pukul 13.30 WIB kemudian dilanjutkan dengan pemaparan langsung oleh narasumber mengenai bagaimana menulis artikel ilmiah nasional dan internasional serta berbagi pengalaman dalam dunia kepenulisan artikel ilmiah hingga pada akhirnya masuk pada sesi tanya jawab. Kegiatan berlangsung hingga pukul 15.00 WIB diakhiri dengan foto bersama antara peserta dan narasumber.

 

Semoga dengan terselenggaranya kegiatan Workshop Kepenulisan Artikel Ilmiah Nasional dapat menambah pengetahuan mengenai penulisan artikel ilmiah yang memiliki reputasi tinggi. (Ardiansah/Red)

Tribunnews Jogja, Jumat, 1 Maret 2019 21:37

TRIBUNJOGJA.COM - Berdasarkan buku pedoman Ikatan Dosen Republik Indonesia atau IDRI adalah organisasi profesi, bersifat kepakaran tanpa memandang perbedaan instansi, kedudukan, agama, suku, golongan, gender,dan asal-usul, bersifat independen berlandaskan pada kemandirian dan kemitrasejajaran, serta bukan bagian dari partai politik manapun.

IDRI bercirikan keilmuan, bidang keahlian, penguasaan teknologi, seni dan budaya, terbuka untuk semua dosen dengan ikatan kesejawatan atas dasar rasa kebanggaan sebagai dosen untuk menjaga martabat dan kehormatan dosen. Kedudukan dan hubungan antar-anggota bersifat persaudaraan dengan sifat kepemimpinan kolektif dan mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan. Dan Sabtu (2/3/2019) bakal digelar pelantikan pengurus dan seminar nasional IDRI yang akan dihadiri oleh Ketua Umum IDRI Dr Ryan Kurniawan dan Ketua IDRI DIY, Dr Jumadi SE MM.

 

Sementara yang akan tampil sebagai narsumber dalam seminar nasional Prof Dr Marsigit MA yang merupakan Direktur Pascasarjana UNY , Humas Sekretaris Umum IDRI, Nuning Kurniasih SSos MHum, dan Hary Hermawan, SPar MM yang merupakan Dosen STP AMPTA Yogyakarta dan Editor Jurnal Pengurus IDRI DIY.

Moderator pada acara ini adalah Dr Ayu Cornelia yang juga Director & Founder Cornelia & Co dan Dosen di STP AMPTA Yogyakarta serta MMTC Yogyakarta. (*)

Editor: ribut raharjo

 

Pengurus IDRI DIY Resmi Dilantik

SindoNews, Minggu, 03 Maret 2019 - 21:48 WIB

YOGYAKARTA - Pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) DIY periode 2018-2020 resmi dilantik di Ruang Sidang Utama LLDIKTI (Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi) Wilayah V Yogyakarta, Sabtu (2/3/2019).

Ketua IDRI Pusat, Ryan Kurniawan menyebut IDRI lebih banyak didominasi oleh dosen muda dengan sekitar 10.000 anggota tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu perkumpulan dosen, IDRI menjadi jembatan bagi para dosen di Indonesia untuk bersama-sama mengatasi dan menanggapi isu, salah satunya tentang kesejahteraan dosen.

"Kami berharap IDRI DIY dapat membuat kegiatan positif untuk para dosen," katanya dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Minggu (3/3/2019).

Selain pengurus IDRI Pusat, hadir dalam acara pelantikan tersebut di antaranya Kepala LLDIKTI Wilayah V DIY Bambang Supriyadi dan Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta (APTISI) Wilayah V DIY Kasiyarno serta dosen di DIY juga beberapa wilayah lainnya seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, mahasiswa, juga pemerhati pendidikan.

Pengurus IDRI DIY yang dilantik adalah Ketua IDRI DIY Jumadi, Wakil Ketua I Aftoni Sutanto, Wakil Ketua II Paharizal, Sekretaris Andrie Irawan, Wakil Sekretaris I Rahimudin. Kemudian Wakil  Sekretaris II Jamaludin Ghafur, Bendahara Citra Ayudiati, Wakil Bendahara I Rini Susilawati, Wakil Bendahara II Anita Wijayanti, dan para koordinator bidang serta anggota.

Setelah acara pelantikan dilanjutkan dengan seminar nasional bertajuk yang melibatkan narasumber dari beberapa perguruan tinggi, yakni Direktur Pascasarjana UNY Prof Marsigit, Sekretaris Umum IDRI Pusat Nuning Kurniasih, dan Pengurus IDRI DIY Hary Hermawan. Acara seminar ini dimoderatori oleh Dosen STP AMPTA Ayu Helena Cornellia.

Bambang Supriyadi mengajak IDRI DIY agar dapat bekerja sama untuk mewujudkan misi dan tujuannya menerapkan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Selain itu para dosen juga dituntut dalam era revolusi 4.0 untuk melakukan literasi manusia menjadi bagian general education yang harus dikuasai mahasiswa melalui literasi data dan teknologi.

"Pada prinsipnya setiap asosiasi maupun perkumpulan jenis lainnya harus ada aktivitas dan tidak berhenti sebatas kegiatan pelantikan ini saja," katanya. (Ainun Najib)

FISIP Unpad, 19 April 2017

Salah satu pengembangan pengembangan profesi tenaga perpustakaan di lingkungan Universitas Padjadjaran adalah dengan melakukan pertemuan berkala yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali oleh Forum Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan Unpad, penyelenggaraan kegiatan tersebut dilaksanakan di Perpustakaan Fakultas secara bergiliran baik yang berada di kampus Jatinangor maupun kampus Dipati Ukur. Pada pertemuan Forum kali ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 April 2017 bertempat di Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai penyelenggaranya, adapun topik yang akan dibahas adalah “Workshop Public Speaking & Presentation Skill bagi Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan di Lingkungan Universitas Padjadjaran” Kegiatan Forum Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan Unpad yang diisi dengan workshop berjalan dengan lancar sesuai dengan perencanaan dengan peserta yang hadir sekitar 46 orang. Acara di buka oleh Laporan Ketua Forum Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan (FP3)  Unpad  yaitu Yulianti, S.Sos., M.Ikom. yang menjabarkan maksud dari kegiatan Workshop dan Pertemuan Rutin Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan di Lingkungan Unpad ini di lanjutkan oleh Sambutan pertama yaitu Sambutan dari Dr. Santoso Tri Raharjo, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I FISIP Unpad yang menyambut positif kegiatan Workshop dan Pertemuan Rutin Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan di Lingkungan Unpad ini. Sambutan kedua  sekaligus Pembukaan acara Workshop oleh Direktur SDAP (Prof. Dr. Budi Setiabudiawan, dr., Sp.A-K, M.Kes) yang memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kegiatan Workshop dan Pertemuan Rutin Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan di Lingkungan Unpad ini diharapkan pustakawan lebih profesionalisme dalam menunaikan pekerjaannya dan ke depannya harus ada forum ilmiah tingkat nasional yang diadakan oleh Forum Pustakawan dan Pengelola Perpustakaan Unpad. Kegiatan di lanjutkan dengan workshop yang diisi dengan penyajian materi, diskusi dan praktik.  Sesi I, kegiatan dimulai kegiatan dimulai dengan presentasi oleh Ibu Yulianti, S.Sos., M.Ikom (Pustakawan FIKOM Unpad)  yang merupakan Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2013 DIKTI.  dengan materi “Tip & Trik Menulis Artikel”.  Dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai Tips & Trik Menulis artikel ilmiah bagi para pustakawan dan pengelola perpustakaan  dan mendorong serta meningkatkan kemampuan pustakawan dan pengelola perpustakaan untuk membuat karya ilmiah. Pembicara selanjutnya pada sesi ke II yaitu diisi oleh Nuning, Kurniasih S, Sos., M.Hum (Dosen Dosen FIKOM Unpad) Beliau meraih penghargaan (The Top Conference Paper Myung-Seok Park Award PACA 2014 dan  Best Paper ICOSaPS 2016). Adapun materi yang sampaikan mengenai “Teknik membuat Presentasi Menarik dengan Menggunakan Software”. Software yang di pergunakan untuk presentasi adalah  Frezi yang dapat digunakan secara online maupun offline secara gratis. Pembicara terakhir pada Sesi ke III yaitu Eneng Tresnawati, S.Pd., M.Si. (Pustakawan FISIP Unpad) seorang Public Speaker/Pendongeng /Profesional MC dan Pustakawan Berprestasi Peringkat III Unpad Tahun 2016. Materi yang dibahas pada sesi ini mengenai “Terampil Berkomunikasi dengan Public Speaking”. Presentasi ini berisi Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pustakawan dan pengelola perpustakaan  tentang Public Speaking dan meningkatkan kepercayaan diri pustakawan dan pengelola perpustakaan  dalam mempraktekan Public Speaking (dilaporkan oleh Eneng Tresnawati/Pustakawan)

[Unpad.ac.id, 30/06/2014]

Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad berhasil meraih penghargaan “Myung Seok Park Award” untuk kategori Top Conference Paper dan kategori Good Oral Presentation pada seminar internasional bertajuk “Beyond Asia: Communicating Asian Culture to the World”. Mereka adalah Nuning Kurniasih (Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan) yang berhasil meraih penghargaan untuk kategori Top Conference Paper serta Nunik Maharani dan Rinda Sirait (Departemen Jurnalistik) untuk kategori Good Oral Presentation.

 

Makalah para dosen tersebut terpilih dari 223 makalah dari 14 negara Asia Pasifik.Acara tersebut diselenggarakan The Pacific and Asian Communication Association (PACA) dengan Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad, yang berlangsung pada Selasa (24/06) hingga Kamis (26/06) di Bandung. Penganugerahan hadiah tersebut berlangsung pada Kamis malam (26/06) di Gedung Sate Bandung oleh Presiden PACA, Prof. Seon-Gi Baek. Acara ini sekaligus menutup rangkaian acara seminar internasional yang dilakukan secara rutin oleh para akademisi ilmu komunikasi di negara Asia Pasifik.

 

Myung-Seok Park adalah pendiri PACA asal Korea Selatan. Award ini diberikan kepada para peneliti terbaik dalam bidang komunikasi berdasarkan kompetisi dan seleksi ketat dengan mempertimbangkan topik yang dibahas, landasan konseptual, ketepatan dan keketatan metodologi, kedalaman analasis serta kontribusinya terhadap bidang ilmu komunikasi. Ketatnya proses seleksi menjadikan penghargaan Myung Seok Park Award ini bagi para ilmuwan komunikasi sebagai penghargaan yang prestisius dan memberikan pengakuan terhadap hasil kerja para peneliti dan akademisi komunikasi di level internasional.

 

Malam penganugerahan ini dibuka oleh Dekan Fikom Unpad, Prof. Deddy Mulyana, MA, Ph.D. Dihadiri oleh lebih 170 penyaji dari 14 negara antara lain Indonesia, Korea, Malaysia, Amerika, Kanada, Rusia, Iran, China, Jordan, dan India.”Ajang ini merupakan seminar komunikasi terbesar yang menjadi ajang bertukar ide sekaligus tempat mendiskusikan hasil-hasil penelitian terkait komunikasi,” tutur Prof Deddy Mulyana.

 

Berikut adalah nama-nama peraih penghargaan Myung Seok Park Kategori Top Conference Paper: Nuning Kurniasih (Indonesia, Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Fikom Unpad), Jaehee Cho  (Korea), Hashim Fauzy Yaacob (Malaysia). Kategori Excellent Conference Paper: Rini Darmastuti (Indonesia), Janara Borgueta, dkk (Filipina), Hon Yun Rong, dkk (Tiongkok), Ding Mai, dkk (Tiongkok). Kategori Good Conference Paper: Davood Mehrabi (Iran), Saeha Lee (Korea), Hamisah Hasan, dkk (Malaysia). Kategori Excellent Oral Presentation: Jenny Mochtar (Indonesia), Dwight R. Hartfield (Kanada), Bo Ram Jeon (Korea). Kategori Good Oral Presentation: Yoko Matsuda (Jepang), Roro Wulan (Indonesia), Dong Hun Kim (Korea), Nunik Maharani & Rinda Sirait (Indonesia, Departemen Jurnalistik Fikom Unpad).

Rilis oleh: Fikom Unpad/art

Ratusan Dosen Mengikuti Seminar Nasional yang Digelar IDRI DIY, Universitas Widya Mataram (UWM-Yogyakarta) Ikut Andil

Widya Mataram, Sabtu, 2019-03-02 - 15:22:41 WIB

Ikatan Dosen Republik Indonesia (ID-RI) DIY menggelar Seminar Nasional bertajuk Kapabilitas Tenaga Pendidik Di Era Digital pada Sabtu (2/3/2019) di Ruang Sidang Utama LLDIKTI. Acara dihadiri Kepala LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta, Ketua Aptisi DIY, Rektor Universitas Ahmad Dahlan, dosen, mahasiswa dan pemerhati pendidikan. Acara seminar diselenggarakan bersamaan dengan pelantikan pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) DIY periode 2018-2020.

 

Diselenggarakannya seminar nasional ini salah satunya sebagai salah satu tahapan mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hal tersebut memiliki korelasi di era digital seperti saat ini. Dengan begitu, para dosen atau pendidik akan mampu terus meng-upgrade kualitas dalam proses mencerdaskan masyarakat.

 

Seminar nasional menghadirkan para narasumber dengan bidang keilmuan yang dimiliki masing-masing. Para narasumber diantaranya Prof. Dr. Marsigit, MA (Kapabilitas Tenaga Pendidik di Era Digital), Nuning Kurniasih S.Sos., M.Hum (Peluang dan Tantangan Tenaga Pendidik di Era Industri 4.0), Hary Hermawan, S.Par., MM (Kapabilitas Tenaga Pendidik dalam Pengabdian dan Publikasi Ilmiah) dengan moderator Dr. Ayu Cornellia dan Keynote Speaker Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA. Dalam pelaksanaannya, ratusan dosen di wilayah DIY sangat antusias mengikuti acara tersebut.

 

Ketua IDRI DIY terlantik, Dr. Jumadi, MM (Wakil Rektor III UWM) menyampaikan bahwa seminar dilakukan untuk merespon adanya perubahan informasi dan teknologi memasuki era revolusi 4.0. Dengan tema yang diangkat, diharapkan dapat menghadapi tantangan dan mengatur strategi sehingga kalangan pendidik dapat melakukan tugasnya dengan baik untuk meningkatkan kualitas pendidikan sesuai era perubahan.

®HumasWidyaMataram

 

October 6th, 2015

Pada Acara Seminar Perpustakaan, Pembicara selanjutnya adalah Ibu Nuning Kurniasih,S.Sos., M.Hum. yang membawakan materi yang berjudul "Optimalisasi Penggunaan Sosial Media Bagi Perpustakaan" pada tanggal 6 Oktober 2015 di Gedung Kementerian Perinsdutrian Ruang Rajawali Lantai 2.

Please reload

NING'S UNIVERSITY OF LIFE: EDUCATION FOR ALL IS MY DREAM

Provided by Nuning Kurniasih
bottom of page